Langsung ke konten utama

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (Pembunuh)



Oleh, Haerul Syam    
PEMBUNUH

             Bersandiwara layaknya jingga yang terus menabur satu persatu harapan kepada semesta adalah sebuah keharusan agar penunggunya tak kecewa dengan apa yang ditinggalkannya!
Malam berseri seolah olah tak ada lagi keindahan yang bisa dicernah dengan pasti dikemudian hari. Berdengung kencang suara angin yang seketika membuat pikiran dan semesta menyatu menjadi satu.

"Katanya, masa lampau harus terlupakan" 

terlintas dengan cepat sebuah kalimat yang tak penting berjalan di kepala. Kemudian, kumenerka nerka apa yang salah dari sebuah kehidupan yang menurutnya harus dilupa dan tak harus diingat kembali. Masa lampau, katanya!
Berdendang ria bagai tongkat sang raja diapun berkata, 

"masa lalu adalah sebuah pisau tajam yang menikam", katanya!!!

Kembali, kumenerka nerka.

Ada apa dengan "masa lalu". Kenapa? Apa?dan bagaimana?
             Angin tetap tertiup dengan kencang menggoyangkan pohon pohon yang membuat dedaunan berjatuhan. Lemah!! Kataku! Sungguh!
Kemudian kubertanya kepada sang pembawa kalimat yang hadir untuk dipertanyakan ketika malam semakin gelap.

"Lalu apakah dengan melupakan segala sesuatu yang ada di hari dulu adalah sebuah jawaban terhadap kedamaian?" Kataku, 

Tak terjawab, angin masih saja berisik dengan kekacauan yang dibuatnya.
Kemudian, Katanya masa lalu adalah sebuah peristiwa yang tak mesti dicernah dengan keadaan tentram bagai kelapa tak tumbang.
Kumenerka nerka kembali, kenapa? Kataku,
Bukankah dengan melupakan adalah sebuah hal yang salah? Aku setuju, banyak yang setuju denganmu. Aku akui, namun kataku tak semestinya harus sedemikian langkah dari pikiran. Lalat tumbuh dari sampah, kemudian menabur sampah, lalu kemudian menghidupi sampah!
Sampah? Berpikirlah!
             Melupakan tak seharusnya dilakukan dengan setiap keadaan yang ada, berpikir, mengukur, & menghayati apa yang terjadi.
Sebuah angka misalnya, sempatkanlah angka 10. Angka 1 kita lupakan maka angka 10 seharusnya tak akan pernah kita dapat dengan seharusnya.
Begitupun masa lalu, baik atau buruknya sebuah peristiwa yang dicernah disemesta lalu adalah sebuah keharusan yang ditakdirkan tuhan untuk membuat sang pujangga menjadi kokoh dan berarti. Kebaikan, ataupun keburukan adalah sebuah angka 1 dari 10. Hilang 1 maka kehidupan yang dirasa skrng adalah sebuah jendela halu dikirimkan tuhan dimimpi yang buruk ditengah ranjang!
Banyak setan beranggapan bahwa masa lalu yang buruk semestinya dilupakan agar otak dan pikiran kembali tak rindu dengan rasa yang ada! Lemah, kataku!
Tak ada energi, tak ada sentuhan pesona pembela terhadap rasa! Cupu, lemah, tak bertenaga!


NOTE:
Tuhanpun berkata kepada segala pengikutnya agar lawan hal yang buruk disebuah kehidupan yang menghampiri. Namun melupakan adalah sebuah pilihan yang tidak menandakan perlawanan, melainkan itu adalah sebuah peristiwa penyiksaan diri dengan sengaja kepada diri yang kian terbengkala oleh rasa yang ada. Pembunuh, katanya!

CP Wa atau Seluler +6289 5342 1502 41
Sosial Media:
IG @hrlsyam
FB Haerul Syam KP
LINE id:hrlsyam
---------------------------------------------------------
Jangan lupa tinggalkan komentar/saran
Untuk lebih memotivasi diri saya agar tetap menghasilkan tulisan tulisan penuh makna setiap harinya!
.
Something good need a long time














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jingga Sore Sebentar Lagi Mendatangkan Rindu (Part2)-(Kutukan Sang Pencipta)

Writer:Haerul Syam KP Kutukan Sang Pencipta Matahari kini mulai terbit dan terlihat indah di ufuk timur, berpancarkan cahaya tenang gemerlap mengelilingi sudut kota di ibu kota, tentunya indah! Sungguh! Nyata adanya.. Memandangi cahaya cahaya penuh cinta seakan memaksa hati untuk terus berkata. "ahhh mungkin saja dia tak melihat bayangan dari percikan jingga yang kian merona, ahh sudahlahh... Biarkan saja. "          Seketika matahari pun kian meronta naik ke angkasa, hampir saja kudibuat buta akibatnya. sinarnya yang kian memanas membakar tubuh tak sadar aku dibuatnya.. Kini waktu telah menunjukkan Pukul 12:00 Wita dihari minggu yang penuh ketiadaan rasa..   matahari  pun telah membuang warna cahaya indahnya. Purnama pun beranjak dari tempat duduknya, dan melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya... Ia, dia purnama.. sosok lelaki angkuh sombong yang selalu saja melafalkan dengan mulus akan janjinya kepada wanita...

Jingga Sore Sebentar Lagi Mendatangkan Rindu (Part1)-(Berlian Lumpur)

Writer:Haerul Syam KP Berlian Lumpur Disebuah desa kecil terpencil yang penuh lumpur bagai damai tak bertemu seolah semesta tak ingin diharapkan lagi. Namun Tak disangka, penduduk yang hanya bisa   dikatakan dalam hitungan jari saja bisa dijabarkan bahwa mereka adalah sebuah anugerah paling terindah bagi hiasan untuk desanya, mengapa? Iya, mereka seakan berlian yg hilang tertanam oleh lumpur coklat bebau tanah. Namun tak disangka sukar dipercaya sosok wanita cantik yang bernama Annisa mampu membuat para kaum lelaki terus terngiang dan bertahan akan kehadirannya...  Nisa (panggilannya) yang Berhati lembut, senyumnya yang manis , keseluruhan nya bisa dikatan dialah berlian sesungguhnya. sungguh!!! nyata adanya!!!            Nisa yang hidup di desa terpencil itu adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya telah berada disurga 4 tahun yang lalu tepatnya. Sejak itu iya berumur 10 tahun, sayang sekali, sungguh sayang . Na...

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (Angin & Hujan)

                                Angin & Hujan Ninety Sixed Hour ago, Sebuah kalimat kalimat tak asing mulai terdengar ditelinga, mengharapkan sebuah keajaiban dimana hujan berhenti agar hati bisa bersedih. Terkalahkan oleh hujan dimalam hari, membuatnya begitu murka akan keadaannya yang tak bisa dipahami. Kemudian, seketika suara rintihan hujan mulai sedikit mengontrol emosi memberikan ruang terhadap siapa saja yang ingin menggantikan nya. Namun, nyatanya kehadiran hujan selalu tak dihargai akan kebenaran yang ada. Tak pernah disyukuri oleh siapa saja. Pada akhirnya angin mulai mengerti tentang hatinya yang terombang ambing oleh serpihan kepedihan yang diperolehnya dari siapa saja. Tiupan angin menghantarkan hujan memberikan kalimat yang berisikan "aku ingin dihargai" Katanya, Kemudian, burung burung hanya menyaksikan kepedihan yang hujan & angin hadapi. Tak ada sebuah pertikaian berarti namun penuh...