Langsung ke konten utama

Postingan

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (December Rain)

                December Rain Hujan seketika berhenti untuk memberikan ruang kepada mtahari agar memancarkan kilauannya terhadap bumi. December Rain, mungkin harusnya memang seperti itu, dimana hari hari dipenuhi dengan hujan jatuh dari langit meskipun terkadang bercampur lumut perih dengan hujan berjatuhan dari mata. Kegilaan terhadap rasa dan ego tak mampu ditepiskan lagi agar salah satunya merasa sempurnah akan dirinya yang selalu menyambut hujan dengan air mata, ya mungkin dia dan hujan telah bersepakat agar tangisnya dan perih hatinya tak terasa jika hujan datang menyambut air matanya jatuh dari lingkaran matanya.  Sumpah, janji, dan amarah terhadap rasa seketika hancur dihadapannya. Kini semuanya tak bisa teratasi lagi, hujan menghancurkan segalanya. Mengalah untuk meninggalkan semuanya adalah sesuatu hal keterpaksaan akibat hujan dan air mata tak bisa dibendung lagi oleh bumi.  Semuanya diluar nalar dan pikirian, janji janji yang ...
Postingan terbaru

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (Angin & Hujan)

                                Angin & Hujan Ninety Sixed Hour ago, Sebuah kalimat kalimat tak asing mulai terdengar ditelinga, mengharapkan sebuah keajaiban dimana hujan berhenti agar hati bisa bersedih. Terkalahkan oleh hujan dimalam hari, membuatnya begitu murka akan keadaannya yang tak bisa dipahami. Kemudian, seketika suara rintihan hujan mulai sedikit mengontrol emosi memberikan ruang terhadap siapa saja yang ingin menggantikan nya. Namun, nyatanya kehadiran hujan selalu tak dihargai akan kebenaran yang ada. Tak pernah disyukuri oleh siapa saja. Pada akhirnya angin mulai mengerti tentang hatinya yang terombang ambing oleh serpihan kepedihan yang diperolehnya dari siapa saja. Tiupan angin menghantarkan hujan memberikan kalimat yang berisikan "aku ingin dihargai" Katanya, Kemudian, burung burung hanya menyaksikan kepedihan yang hujan & angin hadapi. Tak ada sebuah pertikaian berarti namun penuh...

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (Hilangnya Mentari)

                                                   Hilangnya Mentari Terbenamnya matahari menandakan bahwa senja sudah tiada ditelan bumi, kehadirannya sementara membawa luka yang amat perih. Kemana engkau ingin pergi?  Waktu demi waktu terus berlalu seolah olah hanya engkau yang mereka tunggu, namun mengapa disaat rasa ini mulai menggebu gebu akan serpihan hati yang mulai terobati, engkau Mala menghilang seperti sapi dimusim semi. Aku mengerti engkau ingin dipahami, namun bukankah itu adalah sebuah ke egoisan hati tanpa memikirkan rasa mereka yang ingin dihargai disetiap rasanya yang pergi untuk sosokmu sendiri. Kecewa pasti, tapi ini memang bagian dari skenario perlintasan hatimu yang tak ingin ditemani. Memberi? Aku terima. Namun mengapa engkau tak bisa memahami ketika aku memberi?  Rasamu seolah olah menjunjung tinggi nilai-nilai hati yang tak i...

Pertikaian Dengan Jarak & Waktu (Kekejian Diatas Bumi)

               Kekejian Diatas Bumi   Kedatanganan belati setelah berpaling dari hati menandakan tak ada lagi rasa sudi atas diri yang keji diatas bumi. Bertaruh dengan sengit seringkali terjadi dengan diri sendiri, agar dapat menyaksikan kebahagiaannya diatas bumi yang tak lagi sudi berdamai dengan rasa diujung sepih! Mendengarnya kembali, mungkin adalah sebuah fenomena langka diantara kupu kupu yang merindukan embunnya dibawah langit pagi. Mengapa kembali ? Adakah sebait kalimat yang tak tersampaikan sebelumnya? Ataukah, hadirmu kini hanya sebuah keharusan semata yang tak bisa tuhan langgarkan terhadapmu? Batinnya tak lagi ingin serasi dengan hatinya, otaknya berhenti diambang pilu seperti jingga yang menari diatas embun pagi layaknya sapi. Keji,sepi,sedih, adalah consonan kata dari setiap gerakan matanya terhadap matahari.  Keharusan tuhan membutakan matanya terhadap dirinya adalah sesuatu hal yang bising dikala harapannya terhadap ...

Pertikaian Dengan Jarak Dan Waktu (Kepedihan Melati)

                                                   KEPEDIHAN MELATI Pagi ini matahari begitu indah menyinari bumi dikala hati sedang menerka nerka tentang dirimu yang entah dimana mimpimu terlaksana selepas malam pergi. Kicauan burung yang mulai bersandiwara mengingatkanku tentang betapa sulitnya dirimu dikalahkan lewat rasa.  Mungkinkah, perkataan ku salah?  Kupu kupu mulai berterbangan disudut jendela guna mencari nafkah untuk anak tercinta, membawa secercah sedih seperti cacing yang tak mengerti betapa sulitnya menyelami tanah kering disepertiga sepi. Mengapa begitu sulit, katanya.  Memimpikanmu selepas pagi datang membawa harapan adalah sesuatu hal indah yang di impikan olehnya. Mengajakmu bercengkrama tentang rasa adalah pilihannya guna memulikan hatimu yang pilu akibat kejamnya sandiwara terhadap mu. Mungkinkah ada cara untuk bisa membuat...

Pertikaian Dengan Jarak Dan Waktu (Mati Tanpa Rasa)

MATI TANPA RASA Hari ini semesta mengutarakan inginnya terhadap penunggunya.katanya ia mengalah, mengalah terhadap jingga yang terus menerus mengejarnya untuk berhenti melepas rindunya yang searah denga cintanya. Berlari seperti kuda tua demi rasa yang menipunya adalah salah satu alasan baginya untuk dicinta. Katanya! Tak henti berlari, merangkak, merintih untuk seketika ucapnya dikatakan benar terhadap pujaannya. Namun apa daya segalanya hanya suatu percikan noda noda bising yang tak pernah ingin dimengerti oleh sang penerima rasa. Ada apa katanya? Mengapa? Mengapa kau begitu sempurnah untuk diratapi terhadap lelahnya jiwa? Setelah banyaknya pengorbanan rasa terhadap jiwa yang masih tak mampu menerima segala percikan noda yang membuatnya terluka. pada akhirnya kata menyerah baginya hanyalah sebuah teori semata. Dikemudian hari dengan rasa yang sama serta jiwa yang lelah membuatnya melangkahkan kakinya untuk mendapatkannya. Doa restunya terhadap semesta begitu istimewa agar jiwany...

Pertikaian Dengan Jarak Dan Waktu (Ditikam Dunia)

Oleh Haerul Syam KP                                          Ditikam Dunia             Masa kini kian berganti seiring bertambahnya usia, Bergejolak meminta apa yang kian terbengkala dimata manusia adalah sebuah peristiwa yang tak terasa. Hati, pikiran, perilaku, kian berubah atau apakah tetap sama dengan apa yang biasanya dirasa? Seringkali, kelalaian terhadap penciptanya semakin berdarah darah dengan kebutuhan didunia yang bergejolak agar rasa merona yang dirasa seakan memaksa untuk bersandiwara terhadapnya. Lalu, apakah dengan meminta restu terhadap dosa adalah jalan ketika usia telah berbaur dengan tanah yang berlumutan tanah?            Bukankah, itu adalah sebuah kesalahan dikala tuhan menginginkan sebuah percikan rindu disetiap ucapannya yang membara akibat hambanya? ...